1)Tema :Keagamaan
2)Tokoh :malin kundang,ibu malin kundang,ayah malin kundang dan istri malin kundang
2)Tokoh :malin kundang,ibu malin kundang,ayah malin kundang dan istri malin kundang
Protagonis:ibu
malin kundang dan malin kundang
Anatagonis
:malin kundang,istri malin kundang,ayah malin kundang
Tritagonis
:
Analitik
:malin kundang
Dramatik
:istri malin kundang, ibu malin kundang ,ayah malin kundang
3)Latar
:
Tempat
:Sumatera barat dan laut
Waktu
:pagi hari
4)Alur:maju
(pengenalan-awal perselihan-menuju konflik-konflik memuncak-penyelesaian.
5)Sudut
pandang :orang ketiga diluar cerita
6)Amanat
:kita tidak boleh durhaka
7)Penggolongan
dongeng :legenda
Malin Kundang
Pada suatu waktu, di desa terpencil ada sebuah keluarga nelayan di
pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Karena kondisi keuangan keluarga
memprihatinkan, sang Ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan mengarungi lautan yang luas. Ayah Malin tidak pernah kembali ke kampung
halamannya sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari
nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering
mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang
mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka
tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari
nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke
kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga
tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras
sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal
seorang saudagar. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang
di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di
kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang
berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung,
dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga
tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung di tengah laut, hingga akhirnya
kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang
tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa
tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya
dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia
memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100
orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis
untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah
menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa
bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin
setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung
halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan
pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin
yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang
berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah
anaknya, Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya
melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa
yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau
pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin
Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya,
Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah
ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak
buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang
sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Tidak berapa lama
kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang
badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Ditengah kekacauan itu,
diwaktu yang sama dan tempat yang lain ibu Malin Kundang sedang berdoa. Karena
kemarahannya yang memuncak, ia pun berteriak "Tuhan! Jika benar ia Malin anakku, KUKUTUK DIA JADI
BATU!"
Tepat setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan
lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini
Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Air
Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
0 komentar:
Posting Komentar